Senin, 10 Desember 2012

Rp2,2 Juta Harga Mati!

Puluhan Ribu Bermalam di Diponegoro

DIPONEGORO|INI MEDAN
Pusat kota Medan, Rabu (5/12), lumpuh. Jalan-jalan utama macet total. Puluhan jalan arus lalulintasnya dialihkan. Janji buruh untuk melumpuhkan ibukota Sumut pun terbukti. Meski tidak sampai 100 ribu buruh sesuai janji sebelumnya, namun 50 ribu buruh yang diturunkan benar-benar membuat pusing petugas. Hingga tadi malam, massa masih memblokir ruas Jalan Diponegoro-depan Kantor Gubsu. Mereka tetap menolak upah minimum provinsi (UMP) yang diteken Plt Gubsu Gatot Pudjonugroho sebesar Rp1.375.000. Berbagai elemen buruh yang hadir ngotot meminta UMP sebesar Rp2,2 juta.
Berbagai elemen yang kemarin turun ke jalan berasal dari Forum Rakyat Bersatu (FRB), Pekerja Buruh Melawan (PMB), Laskar Pembela Petani dan elemen lainnya. Selain menolak UMP, massa juga meminta Gatot menyelesaikan persoalan tanah di daerah ini. Bahkan, massa sempat meminta Kapoldasu Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro yang hadir di tengah pendemo untuk menangkap Gatot. Massa menyatakan Gatot adalah perampok tanah rakyat.
Sebelum 'menyerbu' Kantor Gubsu pada pukul 14.00, aksi massa terserak di beberapa titik di Medan hingga ke Deliserdang. Ada yang memblokir gerbang masuk Bandara Polonia, ada juga yang memblokir pintul Tol Belmera di Tanjung Morawa, ada juga yang memblokir pintu masuk Kawasan Industri Medan (KIM) di Mabar. Meski di beberapa titik sempat terjadi ketegangan, namun aksi massa buruh terbilang terkendali.
Pantauan INI MEDAN, ribuan buruh sempat memblokir pintu masuk ke Bandara Polonia selama 3 jam, dari pukul 11.00 hingga pukul 14.00. Para buruh yang tergabung dalam Pekerja Buruh Melawan (PMB) menggelar orasi menuntut Gatot menetapkan UMP sebesar Rp2,2 juta. "Kami datang ke bandara polonia, hanya satu kata kami pekerja buruh menolak revisi UMP tahun 2012 sebesar Rp 1,375,000. Kami menuntut harga mati untuk UMP kepada Gatot sebesar Rp2,2 juta," kata Koordinator PMB Bambang Hermanto.
Ia menyatakan buruh sudah melumpuhkan jalan tol, bandara, kawasan Mabar dan kantor Gubsu. "Itulah target kami hari ini agar Plt Gubsu menandatangani UMP sebesar Rp2,2 juta," katanya. Jika tidak ada respon, maka para buruh akan terus melawan dan mengancam akan melakukan tindakan anarkis. Setelah tiga jam beraksi, massa pun bergerak ke Kantor Gubsu sebagai pusat digelarnya unjuk rasa.
Aksi ribuan buruh itu tidak sempat mengganggu aktivitas penerbangan di Polonia. Airport Sistem Manager Bandara Polonia, Djamal mengatakan operasional bandara masih lancar. Hanya ada satu dua penumpang yang terlambat karena terganggu untuk masuk ke bandara. Untuk itu, Djamal meminta kepada pihak perusahaan penerbangan agar melakukan kebijakan agar tidak memberlakukan denda kepada para penumpang yang terlambat.
Sebelum bergerak ke Kantor Gubsu, puluhan ribu buruh KIM Mabar juga sempat memblokir Jalan Yos Sudarso. Tuntutan mereka sama, tolak UMP 2013 sebesar Rp1.375.000 dan hapuskan buruh kontrak dan out sourching. Usai menggelar orasi, dengan pengawalan ketat petugas, puluhan ribu buruh yang sebagian besar mengendarai sepeda motor pun bergerak menuju pusat kota. Aksi yang sama juga dilakukan puluhan ribu buruh di Deliserdang. Sebelum menuju Kantor Gubsu pada pukul 14.00, mereka juga sempat memblokir pintu masuk Tol Tanjung Morawa.
Bergabung dengan aksi buruh, massa Forum Rakyat Bersatu (FRB) menuntut Gatot segera menyelesaikan persoalan tanah di Sumut. Mereka menilai Gatot tak serius membela rakyat miskin. Keberadaan Gatot sebagai Plt Gubsu, lanjut mereka, sama sekali tak dirasakan rakyat. "Tim penyelesaian persoalan tanah bentukan Pemprovsu tidak melibatkan FRB, sehingga persoalan mendasar dan akurasi permasalahan tanah rakyat tidak tertampung secara utuh," jelas Pembina FRB Indra Buana Tanjung.
Massa juga menuding Gatot telah merampok tanah rakyat. Karenanya, massa meminta Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro untuk menangkapnya. "Kami dengar kalau Gatot perampok tanah rakyat. Kami minta Kapolda untuk menyeret dan menangkapnya sekarang," ujar massa.
Aksi massa di Kantor Gubsu sempat ricuh dan nyaris terjadi baku hantam dengan ratusan polisi. Aksi saling dorong terhenti setelah Kapoldasu Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro terjun ke tengah kerumunan buruh. Kedatangan Wisjnu langsung disambut tepauk tangan ribuan massa. Wisjnu langsung naik ke mobil pembawa mikropon. Dia pun meminta massa untuk tenang dan tidak melakukan tindakan anarkis.
"Saya minta kita semua tenang dan saat ini Pak Gatot sedang melakukan rapat terkait soal upah. Jadi saya harapkan agar semuanya tidak melakukan aksi anarkis. Kalau anda anarkis nanti akan berhadapan dengan saya," kata Wisjnu yang sebelumnya meneriakan "Hidup buruh-hidup petani, Majuah juah" secara berulang-ulang. "Sampaikan aspirasi dengan baik dan benar. Jangan sampai bertindak anarkis, karena kita sendiri nanti yang rugi," pintanya.
Namun hingga petang tak ada kejelasan soal tuntutan buruh. Merasa tak ditanggapi, ribuan buruhpun memilih bermalam di Jalan Diponegoro dan seputaran Masjid Agung. “Kita akan tetap bertahan di depan Kantor Gubsu. Karena Gubsu tetap bertahan terhadap UMP sebesar Rp1.375.000,” kata Ketua DPD SBSI 1992 Sumut, Pahala Napitupuluh. Kata Pahala, mereka akan tetap memperjuangkan UMP Provinsi Sumut sebesar Rp2,2 juta. Dia menilai UMP sebesar Rp1.375.000 per bulan tidak layak bagi para buruh. “Kita akan terus berjuang sampai Gubsu menerima tuntutan kita," tegasnya.Sikap yang sama juga dikatakan Koordinator PBM Bambang Hermanto. "Kalau gubernur tetap bertahan, maka kita juga bertahan di sini (Jalan Diponegoro),” katanya. Hingga tadi malam hanya massa dari kelompok petani yang membubarkan diri.
Terpisah, Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro mengatakan, pihaknya telah menyiagakan 4.500-an personel di beberapa titik. "Kita menyiagakan personil di tempat yang pasti didatangi para pendemo. Dan sangat kita harapkan kepada para petugas jangan bertindak sebelum ada tanda-tanda rusuh," katanya.
Dia juga meminta wartawan tak membuat berita provikatif yang bisa memicu anarkisme buruh. "Diharapkan kepada para wartawan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat yang baik, dan jangan membuat berita yang menjadi pemicu di masyarakat," ujarnya. (faisal/donny/dedi)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar